1 min read

Bullying

Kemala dan dua temannya masih terus mengumpat di depan wajahku. Tatapan mata sinis terus tertuju padaku. Bibir mencibir, sudah mirip seperti mulut bebek. Penampilan mereka memang diatas rata-rata siswa di sekolah ini. Semua orang tahu siswi berambut panjang ini adalah putri pemilik sekolah ini. Sebuah sekolah swasta berstandar internasional.

Jalur beasiswalah yang membuatku terdampar disini. Berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Hanya otaklah yang bisa kupakai untuk memperjuangkan masa depanku. Ternyata tidak mudah. Semua itu menjadi boomerang sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di sekolah ini.

Penampilanku yang sederhana membuat mereka seperti melihat alien. Aku terlihat aneh di mata mereka yang berpenampilan dengan fasilitas mahal.

Ditahun kedua aku belajar disini, sikap mereka tidak berubah sedikit pun. Hatiku selalu geram setiap mendengar atau bertemu dengan mereka. Selama ini aku hanya diam. Mendapat sikap kasar sudah seperti makanan sehari-hari di sekolah. Tapi hari ini ucapan Kemala sudah melewati batas kesabaranku.

“Hei, anak orang miskin! Kok bisa kamu mendapat beasiswa disini?”

Darahku mendidih. Ucapan Kemala berhasil membuat merah telingaku. Kutatap tajam mata Kemala.

“Orang tuaku memang miskin tapi mendidik anaknya untuk kaya akhlaq dan otak. Sebaliknya dengan kamu, orang tuamu kaya harta tapi membuatmu miskin akhlaq,” kutinggalkan mereka bertiga di lorong sekolah.

Contact person :
geger.siska83@gmail.com

0 thoughts on “Bullying

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *