Rain Storm
Angin bertiup semakin kencang. Satu per satu air menetes membasahi bunga-bunga di taman. Semakin bertambah deras mengguyur bumi. Basah. Aroma tanah mulai menusuk hidung.
Della mempercepat langkahnya menuju kamar losmen yang ditunjukkan resepsionis. Tubuhnya sudah mulai basah saat langkahnya berhenti. Tatapan matanya tertuju pada ukiran kayu di atas pintu kamar yang membentuk angka 13. Gadis berambut panjang ini bergerak mendekati pintu kayu berwarna coklat.
Tiupan angin bertambah kencang, membuat rambutnya melambai-lambai. Della menggerakkan tangannya, ditekannya bel yang berada di sebelah kanan pintu. Dia sudah tak sabar, berharap seseorang segera membuka pintu. Gagang pintu digerakkan dari dalam kamar.
“Dari mana sih, kamu?” Kepala Metha menyembul diantara daun pintu yang setengah terbuka.
“Aku tadi jalan-jalan di sepanjang Malioboro,” jawab Della singkat sambil melangkahkan kaki memasuki kamar.
Tubuhnya masih menggigil. Pandangan matanya mengelilingi ruangan. Tampak tiga temannya yang lain sedang menikmati kopi hangat. Ketiganya mengenakan jaket tebal warna senada.
“Ini AC-nya nggak bisa dinaikin, ya? Aku nggak ada jaket lagi, nih. Jaketku basah.” Tangan Della meraih remote AC yang terletak di meja TV.
“Sama, Del. Aku juga nggak ada jaket lagi. Pengontrolnya rusak, percuma kamu pencet-pencet.” Wajah Metha tampak pucat, mata memerah. Tangannya membentuk tanda silang di dada. Telapak tangannya terus menggosok-gosok lengan.
geger.siska83@gmail.com
Bunda, pernah bikin novel ga? Soalnya bagus gaya ceritanya?
Selalu suka dengan dialog-dialognya..mengalir gitu Mbak…:)
Ceritanya bersambung ya…
mbak…kelanjutan mana?bersambung ya mbak?
Masih proses mbak
Makasih mbak Dian🙏
Sebenarnya hanya ff aja mbak. Tapi kalo banyak yang suka boleh nti dipanjangin.hehe
In sya Allah nti saya panjangin mbak ceritanya