7 mins read

Museum Kretek, Nostalgia Kejayaan Kretek di Masa Lalu

Sumber : koleksi pribadi

Serial web Gadis Kretek beberapa waktu lalu sempat menjadi trending topic di berbagai media. Bukan hanya karena akting Dian Sastrowardoyo saja yang berhasil mencuri perhatian. Tapi keberadaan Museum Kretek yang selama ini tak banyak diketahui orang kembali banyak diperbincangkan. Setidaknya dengan rilisnya serial ini bisa mengangkat lagi sejarah Kretek di Indonesia yang mulai dilupakan.

Bulan Juni 2024 lalu, saya mendapat kesempatan untuk jalan-jalan ke Kota Kudus. Tentu saja Museum Kretek menjadi tempat pertama yang masuk ke dalam wishlist selain kuliner. Setibanya di Kudus, saya baru tahu ternyata masih banyak pabrik rokok lama, selain Djarum, yang masih berdiri di sana. Mulai dari pabrik rokok kecil hingga besar, dengan berbagai merek.

Profil Museum Kretek Kudus

Museum Kretek merupakan museum khusus memperkenalkan tentang sejarah kretek yang didirikan di atas lahan seluas 2,5 hektare. Pembangunan museum diresmikan pada tanggal 3 Oktober 1986 silam. Mengutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI), pembangunan Museum Kretek atas dasar prakarsa dan dibiayai oleh Persatuan Pengusaha Rokok Kudus.

Kepemilikan Museum Kretek kini berada dibawah Pemerintah Kabupaten Kudus serta dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus. Keberadaan museum ini untuk menunjukkan bahwa kretek mengalami perkembangan yang sangat pesat di Pulau Jawa, khususnya Kota Kudus.

Bangunan luar museum tampak tidak terlalu besar namun terkesan teduh. Pada sisi kiri bangunan terdapat diorama yang memutar film sejarah rokok Kudus. Tapi saat berkunjung ke sana gedung diorama tersebut sudah tidak difungsikan lagi. Bagian depan museum, tak jauh dari area parkir disediakan taman yang dilengkapi dengan mainan anak-anak.

Sumber : koleksi pribadi

Apa saja yang ada di Museum Kretek?

Aroma tembakau mulai menyengat saat memasuki museum. Sejarah kretek diperkenalkan pada pengunjung hingga proses produksi rokok kretek. Mulai dari produksi secara manual hingga menggunakan teknologi modern. Terdapat pula berbagai jenis tembakau premium berasal dari berbagai kota yang digunakan sebagai bahan utama rokok kretek.

Selain peralatan melinting rokok, museum juga memperkenalkan tokoh-tokoh yang memiliki peran besar dalam mengembangkan bisnis rokok di Indonesia. Di sana saya juga menemukan berbagai jenis souvenir yang digunakan untuk mempromosikan produk rokok. Seperti berbagai jenis cangkir, piring dan mangkuk dengan mencantumkan merek rokok. Biasanya souvenir jenis ini dahulunya diberikan pada masyarakat kelas menengah ke atas sebagai kenang-kenangan.

Sedangkan untuk jenis souvenir modern lebih variatif, mulai dari korek api, helm, cangkir, t-shirt, termos, cangkir, asbak, sarung tangan dan lainnya. Untuk souvenir jenis ini diproduksi pada masa pasca kemerdekaan, di mana perekenomian masyarakat semakin maju dan aktivitasnya pun semakin beragam.

Ruang utama museum diletakkan patung berukuran besar yang menunjukkan aktivitas sedang melinting rokok. Patung-patung tersebut merupakan hasil karya seniman Kudus, khususnya dari kalangan pendidik.

Sumber : koleksi pribadi

Sementara pada sisi yang lain telah disediakan peralatan dan bahan membuat lintingan rokok. Di sini pengunjung diperbolehkan untuk mencoba atau belajar melinting rokok menggunakan alat dan tembakau asli.

Tidak jauh dari tempat melinting rokok, terdapat rokok-rokok kretek dari berbagai merek yang dibagi menjadi empat jenis, yaitu : sigaret kretek yang dibuat secara manual menggunakan tangan, sigaret kretek yang dibuat dengan menggunakan mesin, rokok klobot serta beraneka merek rokok kretek Kudus yang masih produksi.

Sumber : koleksi pribadi

Sejarah Rokok Kretek

Berdasarkan cerita dari pramuwisata yang ada di Museum Kretek, rokok kretek memiliki sejarah yang cukup panjang. Berawal dari cerita seorang warga lokal Kudus, Jawa Tengah pada tahun 1880. Ketika itu, Haji Djamhari mengalami sesak di dada. Saat itu, belum ada yang tahu sakitnya apa, sehingga dioleskan minyak cengkih ke dadanya. Cengkih dibuat seperti balsam atau minyak kayu putih yang dioleskan ke dada, kemudian sembuh.

Rasa sesak di dada Haji Djamhari pun semakin berkurang, kemudian mulai bereksperimen dengan menambahkan cengkih pada rokoknya dengan harapan paru-parunya akan segera membaik dengan menghirup cengkihnya. Kesembuhan Haji Djamhari pun akhirnya didengar masyarakat luas.

Haji Djamhari kemudian memasarkan temuannya sebagai obat yang dikenal dengan nama kretek. Nama tersebut diambil dari bunyi gemeretak (kretek) yang berasal dari bunyi cengkih yang terbakar. Peluang bisnis tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Nitisemito dengan memproduksi kretek secara massal. Sehingga lahirlah cikal bakal industri rokok raksasa dengan cakupan yang luas.

Sumber : koleksi pribadi

Sebagai langkah awal Nitisemito membuat lintingan rokok sebanyak 10 sampai 20 batang yang dibuat sendirian. Namun, pesanan semakin banyak berdatangan dan harus melibatkan karyawan dalam pengerjaannya. Bahkan dalam catatan sejarahnya, Nitisemito memperkerjakan karyawan sampai 15 ribu orang pada zamannya.

Setelah itu, perusahaan rokok kretek dalam bentuk home industry mulai bermunculan. Tapi seiring kedatangan Jepang pada tahun 1942, perusahaan rokok kretek semakin menyusut karena perekonomian yang tidak stabil dan bahan baku sulit. Perusahaan rokok kembali berkembang setelah Kemerdekaan, hingga saat ini terdapat 50 perusahaan rokok yang masih produksi di Kudus.

Peran penting Nitisemito dalam mentransformasi keberadaan kretek tersebut yang membuatnya dijuluki dengan sebuat Bapak Industri Kretek atau Raja Kretek Kudus. Berawal dari industri kretek rumahan sederhana yang dilinting dengan klobot (kulit jagung), Nitisemito meluncurkan merek Bal Tiga dengan melakukan kampanye pemasaran inovatif yang belum pernah dilihat masyarakat Indonesia sebelumnya.

Sumber : koleksi pribadi

Tahun 1955, Bal Tiga mengalami kebangkrutan yang disebabkan Perang Dunia Kedua. Walaupun demikian, proses produksi yang dirintis oleh Nitisemito telah mengubah manufaktur dari industri rumahan menjadi industri produksi modern yang permanen. Kini nama Nitisemito diabadikan menjadi nama jalan di Kota Kudus sebagai bukti peninggalannya.

Lokasi dan Tiket Masuk Museum Kretek

Harga tiket masuk Museum Kretek sangat ramah di kantong, yakni sebesar Rp 10.000 per orang pada hari libur atau Hari Minggu. Harga tersebut bisa lebih murah jika mengunjungi pada hari kerja lainnya. Harga tiket tersbut terpisah dengan harga tiket untuk wahana bermain lainnya. Jika pengunjung ingin bermain di wahana kolam renang atau wahana ember tumpah harus membayar lagi dengan harga yang tidak terpaut jauh. Harga tiket tersebut juga terpisah dari biaya parkir, sebesar Rp 3ribu.

Obyek wisata yang terletak di Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kudus ini memiliki jam buka antara pukul 08.00 – 15.00 WIB. Menjadi satu-satunya museum rokok di Indonesia, Museum Kretek menyimpan sebanyak 1.195 koleksi yang dapat membantu pengunjung untuk menjelajahi perkembangan rokok kretek di Indonesia.

Sumber : koleksi pribadi

Selesai menjelajahi ruangan yang ada di Museum Kretek, saya kembali berburu makanan khas Kota Kudus. Sate Kerbau menjadi pilihan, sayangnya warung sudah mau tutup ketika saya tiba. Hari sudah mulai gelap, pilihan terakhir jatuh pada warung mi ayam yang masih buka. Tampilan warung yang sangat sederhana membuat saya tidak berekspektasi lebih dengan rasanya.

Tetapi setelah disajikan, saya mendapatkan semangkuk mie ayam dengan porsi jumbo. Topping ayam yang ditambah dengan tiga buah ceker membuat saya berpikir akan eneg saat menyantapnya. Ternyata meski dengan porsi yang besar, bumbu mi ayam-nya sangat meresap, terutama di topping. Cukup untuk mengobati kecewa karena batal makan sate kerbau. Mungkin lain waktu jika berkunjung ke Kudus lagi, saya akan hunting kuliner lain yang menarik terutama sate kerbau.

14 thoughts on “Museum Kretek, Nostalgia Kejayaan Kretek di Masa Lalu

  1. Ini masuk wishlist ku mbaa buat ke Museum Kretek gegara liat Gadis Kretek juga hehe…
    Suka banget kalo belajar sejarah gt asik aja rasanya jadi tahu lebih dalam, btw harga tiketnya murah juga yaa jadi bisa buat semu kalangan, semoga nect time aku bisa kesana jg 🙂

  2. film gadis kretek apakah terinspirasi dari sini juga? hehe
    asli baru tau kalo ada museum kretek, klasik & vintage banget vibes-nya..
    ternyata Indonesia produksi rokok sebanyak itu ya dari dulu..

  3. Berkat film Gadis Kretek jadi banyak tahu soal asal usul kretek di Indonesia. Sekarang dapat pengetahuan baru sola Museum Kretek, ternyata sudah dibangun sejak tahun 1986 ya, Mba.
    Penasaran ingin berkunjung ke sini.

  4. Seru banget kalau jalan-jalan kemuseum jadinya kaya mengenang sejarah waktu zaman dulu ya. Bisa nih dijadiin salah satu wishlist tempat berkunjung

  5. Ya ampun 10 tahun di Jawa, belum pernah main kesini 😪 sekarang udh di Jakarta malah pengen ksini… semoga ada rejeki bisa main ksini 😍

  6. Aku awalnya juga gak nonton nih Gadis Kretek, karena penasaran dengan obrlan grup wa jadi langsung marathon nonton deh, ternyata bagus jalan ceritanya.
    Wishlish aku deh kalau ke Kudus nanti mampir ke museum Kretek Kudus. Ternyata dari museum ini bisa menunjukkan kalau perkembangan kretek di Pulau Jawa pesat.

  7. Wah, inovasi kretek milik Bapak Haji Djamhari ini menarik yaa..
    Karena memang orang kalau belum terbiasa dengan bau Tar dan nikotin dari rokok, biasanya langsung pusing dan sampai pingsan ((mabuk)). Kisah Ibuku yang punya kakek petani tembakau.
    Dan karena kalau sudah suka ngerokok ini pasti tau resikonya, maka dengan inovasi menambahkan cengkih pada rokok ini menjadi sebuah inovasi yang disenangi masyarakat pada kala itu.

    Seruu jalan-jalan ke Museum Kretek Kudus.

  8. Seneng banget mba bisa mengunjungi Museum Kretek. Jadi tau sejarahnya, semenarik itu ternyata perjalanan kretek.
    Jadi awalnya cengkeh nya yang dijadikan untuk obat ya.

    Biaya masuk ke museum pun murah meriah. Apalagi didalamnya di jual aneka souvenir yang bagus-bagus, bisa buat oleh-oleh.
    Seneng banget liat penampakan mie ayam 🤩 selesai menjelajah museum emang paling enak kulineran ya mba.

  9. Baca cerita sejarah kreteknya lucu.. Lah kan beda kandungan kalau cengkih dijadikan minyak sama dihirup kayak kretek. Xixixi.. Tapi pak haji jadi pioner berkembangnya pabrik rokok di Indonesia nih.

  10. dari yang dibuat awal gak sampai 25, eh malah banyak yang request kemudian.
    asiknya ada museum ini, jadi bisa mengenal tentang bagaimana kretek itu dibuat dan sejarah tentangnya yang lain

  11. Aku ngebayangi aroma kretek semerbak seluruh ruangan
    Soalnya di Surabaya juga ada
    Tapi museumnya sudah tutup
    Saya juga tidak tahu kapan buka lagi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *