8 mins read

Informasi Ditumpangi Isu Menyesatkan? Telusuri dengan Cek Fakta Kesehatan

 

Saat
ini kemudahan internet seperti dua sisi mata pisau. Di satu sisi penggunaan
internet memberikan banyak kemudahan baik berupa penyajian informasi atau pun
fasilitas lain sebagai bentuk kemudahan kebutuhan hidup sehari-hari. Internet
memberikan kemudahan bagi siapapun untuk memproduksi dan mendistribusikan
informasinya sendiri tanpa ada moderasi yang ketat. Hal ini yang menyebabkan
banjir informasi yang berkembang sulit untuk dikendalikan.

Disisi
lain semakin pesatnya distribusi informasi juga menyebabkan sirkulasi hoaks
semakin cepat. Indonesia merupakan pengguna internet keempat terbesar di dunia,
sayangnya tidak diikuti dengan literasi digital dengan baik. Sementara saat ini
tingkat literasi Indonesia masih berada diurutan ke-70 di dunia. Sedangkan
menurut Kominfo, indeks literasi digital Indonesia masih berada di angka
sedang. Hal inilah yang menyebabkan pengguna internet belum bisa membedakan
mana fakta dan hoaks.

Untuk
mengurangi dampak arus informasi tersebut, Tempo mengadakan Workshop Cek Fakta Kesehatan sebagai
salah satu kegiatan dari program Fellowship
Global Health.
Tidak hanya berupa pemberian teori saja, pelatihan  yang berlangsung selama dua hari ini juga
disertai praktek menggunakan beberapa tools
dalam mendukung proses verifikasi fakta. Adapun tujuan adanya workshop Cek Fakta Kesehatan, antara
lain :

1.      Peserta
dapat membedakan antara misinformasi, disinformasi dan malinformasi.

2.      Peserta
memahami penyebab dan dampak hoaks.

3.      Peserta
dapat membedakan antara situs abal-abal dengan situs yang kredibel.

4.      Peserta
dapat mengecek kebernaran sebuah foto dan video.

Salah
satu yang menyebabkan sirkulasi hoaks yang semakin cepat karena adanya
polarisasi terhadap politik. Fanatik yang berlebihan terhadap kelompok, calon,
atau ideologi tertentu menjadi penyebab mengapa orang mudah termakan hoaks.
Sementara penyebaran hoaks sendiri memiliki beberapa tujuan antara lain :
jurnalisme yang lemah, untuk lucu-lucuan, sengaja membuat provokasi,
partisanship, mencari duit lewat judul clikbait,
gerakan politik dan propaganda. 

 

Adapun
mis/ disinformasi sendiri ada 7 macam menurut standar First Draft, sebuah riset yang berfokus pada media di Amerika
Serikat. Tujuh macam itu meliputi satire, konten menyesatkan, konten aspal,
konten pabrikasi, konten nggak nyambung, konteks salah, dan konten manipulatif.

Sementara
hoaks sendiri memberikan dampak polarisasi di tengah masyarakat seperti yang
terjadi pasca Pilpres 2014/ 2019, kebencian berbasis SARA, dampak bagi
penanganan bencana, dan penanganan pandemi Covid-19.  Saat ini pemerintah sendiri terus berupaya
untuk menangani hoaks selama pandemi Covid-19. Kementerian Komunikasi dan
Informasi (Kominfo) mencatat dan melabeli 1.556 hoaks yang terkait dengan Covid-19
serta 177 hoaks terkait dengan vaksin.

Kabar
seputar pandemi ini semakin mudah tersebar melalui media sosial maupun
percakapan digital. Untuk itu, pemerintah tidak berhenti menghimbau masyarakat
agar selalu merujuk pada sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
Beberapa sumber informasi yang bisa menjadi acuan dan dapat dipercaya, antara
lain : Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), situs pemerintah seperti Komite
Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Kementerian
Kesehatan, kementerian/ lembaga terkait, para ahli dibidangnya dan media massa
yang kredibel.

Sedangkan
menurut laporan yang didukung oleh Google News, lebih dari 50 ribu cek fakta
baru muncul di mesin pencarian Google Search selama satu tahun terakhir. Dalam  laporan ini, tiga peneliti  yakni Ethan Porter, Thomas Wood, dan Yamil
Velez, menemukan bahwa koreksi dalam bentuk cek fakta dapat mengurangi efek
misinformasi pada kepercayaan masyarakat seputar vaksin Covid-19. Cek fakta ini
tidak hanya untuk kalangan profesional, ornag biasa juga bisa mencari bukti
untuk mengkonfirmasi atau menyangkal informasi yang mereka ragukan.

Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Kominfo terdapat 900 ribu situs penyebar hoaks.
Adapun tips yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi situs abal-abal, antara
lain :

·        
Cek alamat situsnya

Alamat situs yang
meragukan bisa dilakukan pengecekan melalui sejumlah situs, salah satunya
who.is dan domainbigdata.com. Ada pula situs abal-abal yang cuma beralamat di
blogspot.

·        
Cek data perusahaan media di Dewan Pers

Pengecekan terhadap
perusahaan media bisa dilakukan melalui direktori Dewan Pers, melalui situs
https://dewanpers.or.id/data/perusahaanpers.
Namun perlu diketahui pula bahwa ada beberapa media kredibel yang tidak
memiliki badan hukum.

·        
Cek detail visual

Ada situs abal-abal
yang gambar logonya menyaru mirip situs media mainstream, namun tentu pembuatan
gambar logonya tak sebagus milik media aslinya. 

·        
Waspada apabila terlalu banyak iklan

Media abal-abal
biasanya sekedar mencari klik untuk mendapatkan iklan. Perlu hati-hati jika
mendapati website dengan yang disertai banyak iklannya.

·        
Bandingkan ciri-ciri pakem media
mainstream

Perlu diperhatikan
sejumlah ciri yang menjadi pakem khas jurnalistik pada media mainstream.
Misalnya : nama penulisnya jelas, cara menulis tanggal di badan berita, hyperlink-nya yang disediakan mengarah
ke mana, narasumbernya kredibel atau tidak, dan lain-lain.

·        
Cek About Us

Cek About Us yang ada di laman situs media. Media
abal-abal selalu anonim.

ü  Sesuai
UU Pers : berbadan hukum dan ada penanggung jawabnya. Cek, ada alamat yang
jelas dan siapa saja orang-orangnya.

ü  Mencantumkan
Pedoman Pemberitaan Media Siber.

·        
Waspada dengan judul-judul sensasional

Hati-hati jika mendapati
judul-judul yang terlalu sensasional. Alangkah baiknya jika membaca berita
sampai selesai. Jangan hanya membaca judul kemudian komen di media sosial.

·        
Cek ke situs media mainstream

Cek untuk memastikan
bahwa informasi yang dimuat sebuah situs non-mainstream layak dipercaya atau
tidak. Pengecekan ini bisa dilakukan ke situs media mainstream. Selain itu
penting untuk melakukan verifikasi untuk memastikan sumber pertama dan melihat
konten aslinya.

·        
Cek google reverse image search pada
foto utama

Cek foto utama, apakah pernah
dimuat di media lain, terutama di situs mainstream. Situs abal-abal biasanya
mencari foto dari media lain yang sejenis.

Dalam
verifikasi foto  perlu diperhatikan
tanda-tanda khusus yang bisa diidentifikasi, seperti nama gedung, toko, plat
nnomor kendaraan, bentuk bangunan, nama jalan, huruf-huruf yang menandakan
bahasa, tugu atau monumen, dan bentuk jalan. Adapun beberapa tools yang bisa digunakan untuk
memverifikasi foto, antara lain :

·        
Reverse
Image
dari Google bisa digunakan untuk mencari unggahan
foto pertama pada sebuah website. Tools
ini juga bisa digunakan untuk menelusuri foto-foto yang diambil dari internet.

·        
Reverse
Image
dari Yandex. Yandex merupakan sebuah search engine dari Rusia yang sangat
bagus untuk penelusuran foto, terutama untuk eksplorasi situs-situs dari Eropa
Timur.

·        
Reverse
Image
dari Tineye yang bisa digunakan untuk penelusuran
foto dengan kelebihan memiliki filter berdasarkan urutan waktu.

·        
Alternatif tools lainnya adalah Bing.com milik Microsoft dan Baidu.

Ada
dua langkah yang perlu dilakukan dalam memverifikasi video, yakni dengan
menggunakan kata kunci di mesin pencari atau di media sosial berupa Youtube,
Facebook, Twitter, dan Instagram. Kedua, memfragmentasi video menjadi gambar
lalu menggunakan reverce image tools.

·        
Ketika mendapatkan video di media
sosial, tonton dan dengarkan video tersebut sampai habis. Cari petunjuk seperti
bentuk bangunan, rambu-rambu jalan, plat nomor kendaraan, nama-nama jalan,
nama-nama bangunan dan lainnya. Dengarkan audionya, terkait bahasa, dialek dan
obrolan orang-orang yang ada di video.

·        
Jika sudah menemukan petunjuk maka
gunakanlah sebagai kata kunci. Salah satu contohnya, pada akhir Januari beredar
video yang diklaim sebagai pasar hewan di Wuhan, yang dianggap sebagai asal
usul menyebarnya virus Corona jenis baru.Terliat papan nama kantor dengan
tulisan “Kantor Pasar Langowan”. Setelah ditelusuri di Google , Pasar Langowan
ternyata terletak di Tomohon, Sulawesi Utara.

Cara
berikutnya adalah dengan membuat video menjadi potongan gambar lalu ditelusuri
dengan reverse image tools. Fragmentasi
video bisa dilakukan dengan cara manual dengan screen capture atau menggunakan tool
InVID. Tool ini memiliki keunggulan
yakni memiliki fitur fragmentasi video dan reverse
image tool
sekaligus. Fragmentasi video bisa dilakukan dari seluruh tautan
media sosial dan file lokal serta dilengkapi fitur lain seperti memeriksa
metadata dan analisis forensik foto.

Setelah
penjabaran di atas, diharapkan masyarakat bisa lebih bijak lagi dalam
menanggapi sebuah informasi agar tidak mudah termakan isu atau hoaks. Penggunaan
tools beserta cara penggunaannya
diatas bisa dilakukan oleh siapa saja yang ingin melakukan akurasi data.
Harapannya dengan cara ini arus informasi abal-abal bisa semakin berkurang dan
masyarakat tidak hanya melek digital tapi juga melek literasi.

***

Contact person :
geger.siska83@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *