5 mins read

Infodemik, Masyarakat Wajib Tahu

Pandemi COVID-19 tidak
hanya berkaitan dengan persebaran virus yang menular secara cepat. Tapi juga
diikuti dengan persebaran masif informasi baik yang akurat maupun yang tidak
dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga akhirnya berdampak pada kebingungan masyarakat.
WHO menyebut fenomena ini dengan infodemik. Hal ini berdampak besar pada
konsumer media untuk mendapatkan panduan informasi yang dapat dipercaya dan
kredibel.

Infodemik tidak hanya
berkaitan dengan persebaran masif berita hoaks. Namun berkaitan juga dengan
diseminasi informasi yang tidak sinkron. Informasi yang membingungkan ini
dikeluarkan oleh pihak-pihak yang memiliki tujuan tertentu. Hal ini menjadi
persoalan serius untuk diatasi, karena berdampak pada tepat tidaknya individu
dan masyarakat dalam mengidentifikasi persoalan dan berperilaku ditengah
pandemi.

Masyarakat yang hidup
di masa pandemi COVID-19 di mana era digital begitu canggih. Informasi dari
berbagai sumber bisa didapatkan dengan mudah melalui internet. Berdasarkan
laporan perusahaan media asal Inggris, We
Are Social
yang dirilis pada Februari 2021 menunjukkan 61,8% masyarakat
Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial. Orang Indonesia rata-rata
memiliki durasi penggunaan media sosial selama 3 jam per harinya.

Penggunaan media sosial
yang begitu masif di masa pandemi COVID-19 menimbulkan informasi yang salah
dapat menyebar lebih cepat dibandingkan faktanya. Fenomena ini disebut dengan
infodemik. Untuk melawan infodemik, platform digital harus dibuat lebih
akuntable, mis/ disinformasi dilacak dan diverifikasi oleh pihak yang
berwenang. Selain itu perlu adanya gerakan untuk meningkatkan kemampuan
literasi digital masyarakat.

Masyarakat Anti Fitnah
Indonesia (MAFINDO) mengeluarkan data bahwa jumlah hoaks kesehatan meningkat
dari 7% (86 hoaks dalam setahun pada 2019) menjadi 56% (519 hoaks dalam
setengah tahun pada 2020). Sementara jumlah hoaks COVID-19 yang diklarifikasi
oleh MAFINDO adalah sejumlah 492 hoaks (94,8%) dari total hoaks kesehatan
selama enam bulan pertama tahun 2020. Kementrian Kominfo pusat juga mencatat
1.471 hoaks terkait COVID-19 yang tersebar diberbagai media hingga 11 Maret
2021.

Badan Pusat Statistik
(BPS) melakukan survey terkait perilaku masyarakat di masa pandemi COVID-19
pada September 2020. Hasil survey menyatakan 17 dari 100 responden masyarakat
sangat tidak mungkin atau tidak mungkin tertular COVID-19. Kelompok populasi
usia 17-30 tahun menempati persentase tertinggi yang menyatakan sangat tidak
mungkin atau tidak mungkin terikfeksi COVID-19. Sedangkan semakin tinggi
tingkat pendidikan, semakin meyakini bahwa COVID-19 berbahaya dan mudah
menular.

Sedangkan International Journal of Public Health
Science
pada 2020 menyatakan hanya 11,3% responden (n=382 orang) yang
menganggap diri mereka kemungkinan besar tertular COVID-19. Mis/ disinformasi
kesehatan tentu akan membawa dampak buruk, antara lain sebagai berikut :

1.      Menyebabkan
kebingungan dan kepanikan di masyarakat

2.      Ketidakpercayaan
masyarakat terhadap pemerintah, otoritas kesehatan dan ilmu pengetahuan (sains)

3.      Demotivasi
untuk mengikuti perilaku protektif yang direkomendasikan

4.      Sikap
apatis yang memiliki konsekuensi besar karena berkaitan dengan kualitas hidup
masyarakat, seperti membahayakan kesehatan, bahkan sampai menimbulkan resiko
kematian

Tidak cukup dengan memiliki
kemampuan literasi digital yang baik, anda juga harus memiliki kemampuan dasar
cek fakta kesehatan, antara lain sebagai berikut :

1.      Cek
sumber aslinya. Anda harus melakukan cek siapa yang membagikan informasi dan
darimana mereka mendapatkan informasi tersebut. Bahkan sumber informasi harus
tetap diperiksa walaupun berasal dari teman atau keluarga.

2.      Jangan
hanya baca judulnya. Judul sebuah informasi mungkin saja dibuat sensasional
atau provokatif untuk mendapatkan jumlah klik yang tinggi.

3.      Identifikasi
penulis. Anda bisa menelusuri nama penulis secara online untuk melihat apakah
penulis adalah seseorang yang nyata dan kredibel.

4.      Cek
tanggal. Anda harus memeriksa apakah informasi tersebut merupakan informasi
terbaru. Anda juga harus memeriksa apakah sudah up to date dan relevan dengan kejadian terkini. Judul, gambar atau
statistik harus diperiksa juga apakah sudah sesuai dengan konteks.

5.      Cek
bukti pendukung lain. Cerita yang kredibel selalu mendukung klaim dengan fakta.

6.      Cek
bias. Perlu diketahui bahwa bias pribadi akan mempengaruhi penilaian anda
terhadap hal yang dapat dipercaya atau tidak.

7.      Cek
organisasi pemeriksa fakta. Anda perlu melakukan cek berita yang ditemukan
dengan tulisan atau temuan yang sudah diverifikasi oleh organisasi pemeriksa
fakta baik dalam lingkup nasional, seperti Cek Fakta Tempo atau media nasional
lainnya. Sedangkan untuk lingkup internasional bisa diverifikasi melalui AFP factcheck dan Washington Post factcheckers.

Sedangkan tools dan teknik dasar yang diperlukan
untuk memeriksa seputar klaim kesehatan, antara lain :

1.      Sumber
referensi yang terpercaya seperti website resmi institusi atau organisasi
(Badan Kesehatan Dunia/ WHO), Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS/
CDC, Kementrian Kesehatan, Badan POM, Ikatan Dokter Indonesia/ IDI, Ikatan
Kesehatan Masyarakat Indonesia/ IAKMI dan jurnal ilmiah seperti, The New
England Journal of Medicine, The British Medical Journal, Nature Medicine, The
Lancet).

2.      Studi
peer- review dan pre-print. Peer-review merupakan studi penelitian melewati proses
evaluasi oleh tim pakar independen dari bidang keilmuan yang sama. Peer-review umumnya dianggap sebagai gold standard dalam studi ilmiah. Sedangkan
pre-print belum melewati proses peer-review.

3.      Studi
korelasi dan hubungan sebab akibat. Studi korelasi mengukur derajat keeratan
atau hubungan korelasi antara dua variabel. Sedangkan studi hubungan sebab
akibat untuk meneliti pola kausalitas dari sebuah variabel terhadap variabel
lain.

Setelah memiliki
kemampuan dasar dan tools yang bisa
digunakan dengan hasil yang akurat, diharapkan masyarakat bisa lebih bijak
dalam menanggapi informasi yang ada. Kepedulian masyarakat yang semakin luas
diharapkan bisa menjadi cara yang paling efektif untuk mencegah adanya arus
informasi yang tidak akuntable.

 

Contact person :
geger.siska83@gmail.com

2 thoughts on “Infodemik, Masyarakat Wajib Tahu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *