Gerakan dan Pemberdayaan dalam Program Menjaga Lingkungan Hidup Desa Mojopuro
11 mins read

Gerakan dan Pemberdayaan dalam Program Menjaga Lingkungan Hidup Desa Mojopuro

Sumber : foto pribadi

Perubahan iklim yang terjadi secara tiba-tiba
membuat para pemerhati lingkungan membentuk garda terdepan untuk bergerak dan
berdaya dalam menjaga lingkungan hidup. Komunitas tersebut disebut dengan
Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal/ Indigenous Peoples & Local
Communities
(IPLCs).

Tingkat kebersihan lingkungan yang semakin
rendah, tentu akan berdampak buruk terhadap kekebalan tubuh. Kampanye tentang
kebersihan lingkungan memang sering didengungkan, namun tidak akan ada artinya
jika masyarakat kurang memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya.

Rendahnya tingkat kebersihan lingkungan sebagai
akibat pencemaran udara yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang masuk dan/
atau dimasukkannya ke dalam udara. Mencegah perubahan udara akibat emisi bukan
hanya tanggungjawab komunitas tersebut saja, tapi juga kita semua sebagai
penduduk bumi.

Upaya yang Dilakukan untuk Bergerak dan Berdaya
Menjaga Lingkungan Hidup

Hari Lingkungan Hidup (HLH) sedunia diperingati
tanggal 5 Juni setiap tahunnya. Peringatan tersebut dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran tentang perlindungan lingkungan hidup serta konservasi
sumber daya alam.

Isu mengenai peningkatan industrialisasi yang
keberlanjutan dan konservasi sumber daya alam menjadi semakin mendesak seiring
dengan pertumbuhan populasi dunia. Hari Lingkungan Hidup Sedunia hadir untuk
meningkatkan komitmen individu, organisasi maupun pemerintah dalam menciptakan
dunia yang lebih bersih, sehat serta lestari.

Sebagai pemerintahan yang terdekat dengan
masyarakat, pemerintah Desa Mojopuro menginisiasi adanya bank sampah untuk
pengelolaan sampah yang ada di lingkungan masyarakat.

Membutuhkan kerjasama dari banyak pihak untuk
mewujudkan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Kesadaran tersebut bisa ditanamkan
dari lingkungan keluarga, sebagai lingkup terkecil dalam masyarakat.

Seperti pengelolaan sampah di Desa Mojopuro
yang terletak di Dusun Jengglong RT 31, lebih tepatnya berada di pinggiran
dusun. Pengelola mengumpulkan sampah dari warga untuk kemudian dijual lagi
kepada pengepul barang bekas. Kegiatan operasional tersebut dilakukan oleh
pemerintah setempat yang dibantu beberapa warga.

Memang tidak mudah dalam menumbuhkan kesadaran
masyarakat untuk mengelola sampah dengan baik. Setidaknya, pembentukan bank
sampah masih mendapat sambutan hangat dari beberapa warga maupun instansi.

Sumber : foto pribadi


Ada banyak alasan yang dikemukakan warga yang
tidak bersedia menggunakan jasa bank sampah, antara lain :

1.    Lokasi pekarangan yang rata-rata masih luas,
sehingga masih bisa membuang sampah di pekarangan sendiri.

2.    Sampah rumah tangga bisa langsung dibakar tanpa
harus membayar iuran per bulan, karena selama ini anggota bank sampah Desa
Mojopuro diminta untuk membayar iuran Rp. 50.000,- per bulan.

3.    Tidak perlu repot memilah sampah organik dan
anorganik.

4.    Masih banyak lahan kosong yang tidak memiliki
penghuni yang bisa digunakan sebagai lahan pembuangan sampah.

5.    Sampah bisa dibuang kapan saja tanpa harus menunggu
petugas datang.

Penanganan terhadap dampak emisi lingkungan
tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Pemerintah harus bekerjasama dengan
berbagai pihak, untuk melakukan sosialisasi terhadap pentingnya penanganan
sampah yang baik.

Program pemberdayaan tersebut juga harus
dilakukan secara terus menerus atau berkelanjutan. Selain itu kesadaran
masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan juga memiliki peran yang
sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Fakta dan Kondisi Terkini tentang Lingkungan
Indonesia

Suhu bumi saat ini telah mengalami peningkatan
sebesar 1.1 derajat celcius. Perubahan iklim ini juga sangat dirasakan
masyarakat Indonesia, terutama pergeseran waktu antara musim hujan dan musim
kemarau.

Sayangnya, kesadaran untuk pemeliharaan dan
pelestarian lingkungan masyarakat masih sangat kurang. Jumlah hutan yang ada di
Indonesia yang semakin sedikit, seiring dengan bertambahnya wilayah tambang dan
perkebunan kelapa sawit.

Menurut data  Intergovernmental
Platform on Biodiversity and Ecosystem Services
(IPBES), Indonesia telah kehilangan 650 hektar
hutan per tahun. Jumlah tersebut akan terus bertambah jika kesadaran masyarakat
Indonesia terhadap pentingnya kelestarian alam masih kurang.

Sehingga bencana alam seperti tanah longsor,
banjir, puting beliung dan kebakaran hutan sudah tidak dapat dihindari lagi.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tahun
2022 telah mencatat setidaknya ada 2.925 kejadian bencana alam di Indonesia.

Bahkan Sekjen PBB Antonio Guterres sudah
memberikan peringatan kode merah pada umat manusia karena semakin bertambahnya
emisi karbon dioksida. Apabila tidak ada perubahan terhadap aktivitas
sehari-hari dalam penggunaan bahan bakar fosil, maka dimungkinkan dalam 20
tahun ke depan bencana akibat perubahan iklim tidak akan bisa dikendalikan
lagi.

 Dampak Emisi Karbon
pada Perubahan Iklim Terhadap Lingkungan

Emisi karbon menjadi penyebab utama perubahan
iklim terhadap lingkungan bersama dengan emisi gas rumah kaca. Secara umum,
dampak yang dapat dirasakan berupa peningkatan suhu bumi setiap tahunnya.

Dampak yang lebih besar lagi akan dirasakan
akibat cuaca ekstrim tersebut adalah mencairnya es di kutub, meningkatnya
permukaan laut, meningkatnya risiko kebakaran hutan, badai, kekeringan dan
hujan lebat yang dapat mengakibatkan banjir.

Walaupun sebagian masyarakat masih kurang memiliki
kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah, pemerintah tidak tinggal diam
begitu saja. Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk melakukan gerakan dan
pemberdayaan terhadap pentingnya pemeliharaan lingkungan, antara lain :

1.    Tidak Membuang Sampah Sembarangan

Hingga saat ini, sampah memang masih menjadi
masalah besar bagi lingkungan. Apalagi masih banyak masyarakat yang belum
membuang sampah pada tempatnya. Walaupun demikian, pemerintah Desa Mojopuro
tetap menyiapkan tong sampah di beberapa tempat strategis.

Pemerintah menyediakan dua jenis tong sampah
untuk membedakan sampah organik dan anorganik. Tong sampah tersebut dicat
dengan warna mencolok yaitu hijau untuk sampah organik dan kuning untuk sampah
anorganik.

2.    Mengurangi Kebiasaan Membakar Sampah

Kebiasaan membakar sampah memang sangat sulit
untuk dihilangkan. Aktivitas membakar sampah memang tidak disarankan, karena
hasil pembakaran sampah dapat melepaskan gas-gas yang dapat merusak lapisan
ozon.

Seperti yang kita tahu, lapisan ozon dapat
berfungsi untuk mengatur jumlah atau porsi sinar ultraviolet yang masuk ke
permukaan bumi, sehingga tidak langsung mengenai permukaan bumi. Lapisan ozon
juga dapat menyerap sinar ultraviolet, menjaga suhu bumi agar tetap stabil
serta melindungi bumi dari benda-benda langit yang jatuh.

3.    Hemat Energi

Salah satu aktivitas yang bisa dilakukan dalam
menghemat energi yaitu dengan mematikan listrik atau air jika tidak sedang
digunakan atau telah selesai menggunakannya.

Penghematan terhadap energi juga bisa dilakukan
dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Anda bisa berjalan kaki atau
menggunakan sepeda untuk menempuh tempat tujuan yang dekat.

Tujuannya untuk mengurangi emisi yang
dikeluarkan dari kendaraan Anda yang dapat mencemari udara. Selain itu, aktivitas
fisik yang dilakukan secara rutin juga bermanfaat untuk kesehatan Anda.

4.    Memanfaatkan Produk Daur Ulang

Langkah berikutnya untuk mengurangi sampah,
yaitu dengan membuat produk daur ulang dari sampah. Salah satunya dengan
penggunaan kardus sebagai tempat penyimpanan.

Warga Desa Mojopuro memanfaatkan sampah
plastik, kemudian diproduksi ulang untuk dijadikan tas belanja. Selain
mengurangi sampah yang sulit diurai, aktivitas tersebut juga dapat meningkatkan
nilai ekonomi sampah.

Sayangnya, aktivitas tersebut sudah tidak
berjalan lagi. Saat ini, sampah yang sudah terkumpul di bank sampah akan dipisahkan
sesuai kategorinya. Jika sudah mencapai jumlah tertentu, sampah akan dijual
pada pengepul barang-barang bekas.

5.    Menanam Pohon

Program penanaman pohon biasanya dilakukan
pemerintah desa dengan membagikan bibit-bibit pohon pada warga. Pohon-pohon
tersebut akan ditanam di lingkungan rumah warga atau di sekitar area resapan
air untuk mencegah terjadinya banjir.

6.    Mengurangi Sampah

Seperti yang kita tahu, produksi sampah rumah
tangga masih sangat tinggi. Anda bisa membantu mengurangi timbunan sampah
dengan mengurangi timbulnya sampah pada kegiatan sehari-hari.

Contohnya seperti pada bungkus makanan dan
minuman, Anda bisa menghindari konsumsi makanan yang menggunakan pembungkus plastik.
Kemudian menggantinya dengan tempat makanan yang bisa digunakan secara
berulang-ulang.

Mengurangi penggunaan plastik untuk pembungkus
belanjaan, juga bisa digunakan sebagai alternatif dalam mengurangi sampah
lingkungan. Anda bisa menggantinya dengan tas kain yang dapat digunakan berkali-kali.

Tidak mengambil makanan secara berlebihan, sebaiknya
Anda mengambil makanan secukupnya saja untuk menghindari makanan yang terbuang.
Jika Anda mengambil makanan, pastikan Anda dapat menghabiskannya saat itu juga.

Sumber : foto pribadi

Tindakan Nyata Pemerintah Desa Mojopuro untuk
Mewujudkan Bumi Berdaya dan Pulih Lebih Cepat

Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan,
pemerintah Desa Mojopuro melakukan penanganan sampah rumah tangga untuk
mengurangi dampak emisi karbon. Pengelolaannya masih terbatas karena belum
tersedia mesin pengolah sampah. Namun, setidaknya sudah ada inisiasi terkait
pengolahan sampah rumah tangga dan instansi yang ada di Desa Mojopuro.

Menurut perangkat Desa Mojopuro yang
bertanggungjawab atas pengolahan sampah, Heru Sumargono, “Sekarang ini misi
utama bank sampah bertujuan untuk mengurangi sampah yang ada di wilayah
Mojopuro dan sekitarnya. Keterbatasan dana untuk pengadaan mesin pengolah
sampah masih belum tercukupi, jadi sementara sampah yang sudah tidak bisa
diolah akan dimusnahkan, sedangkan sampah plastik dan botol akan dijual
kembali.”

Tidak hanya warga setempat saja yang sudah
berpartisipasi dengan adanya bank sampah tersebut. Beberapa instansi di wilayah
Kecamatan Sumberlawang juga sudah bekerjasama dengan bank sampah Resik Minulyo.

Heru menuturkan, “Sekarang ini, kita sudah
bekerjasama dengan SMPN 1 Sumberlawang, Apotek Mahardika, PAUD Ngandul, Kantor
P&K serta beberapa warga Mojopuro dan sekitarnya.”

Pemerintah Desa Mojopuro menyediakan dua jenis
tong sampah untuk memisahkan pembuangan sampah organik dan anorganik. Penyediaan
tong sampah tersebut merupakan hasil kerjasama dengan KKN mahasiswa UNS.

Kebijakan yang
Bertujuan untuk Mengurangi Mitigasi Risiko Perubahan Iklim

Semakin meluapnya
sampah yang dihasilkan rumah tangga menimbulkan keprihatinan tersendiri.
Pemerintah Desa Mojopuro memang sudah melakukan penanganan dengan baik, namun dampak
positif akan semakin terasa jika proses tersebut dilanjutkan dengan pengolahan
sampah hingga memiliki nilai ekonomi.

Selain menjaga lingkungan
dari timbunan sampah yang merugikan kesehatan, pengelolaan sampah hingga
bernilai ekonomi juga dapat menyerap tenaga kerja dari warga sekitar.

Tentu tidak mudah
untuk membuat kebijakan yang tidak berat sebelah atau memihak salah satu kepentingan
saja. Jika saya mendapatkan kesempatan untuk ikut membuat kebijakan yang
bertujuan untuk mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim untuk wilayah Desa
Mojopuro, saya akan membuat beberapa kebijakan, antara lain :

1.  Pengusaha wajib
membuat pengelolaan sampah secara mandiri. Tujuannya, agar sampah yang
dihasilkan pabrik tidak mencemari lingkungan sekitar serta mengurangi timbulnya
emisi karbon.

2.   Lokasi pabrik harus
jauh dari dari pemukiman warga. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi risiko
pencemaran lingkungan dan emisi karbon secara langsung.

3.   
Menetapkan car
free day
pada hari tertentu. Walaupun pemberlakuan car free day
hanya satu hari, setidaknya dapat mengurangi adanya emisi karbon yang
diakibatkan aktivitas manusia.

4.   Membatasi penggunaan
plastik dengan meminta pusat perbelanjaan untuk menyediakan tas kain untuk
kantong belanjaan pembeli.

5.   Bekerjasama dengan
Dinas Perhubungan untuk menyediakan bus sekolah, tujuannya untuk mengurangi
tingginya emisi karbon. Selain itu, langkah tersebut juga dapat mengurangi
penggunaan bahan bakar yang berlebihan.

Penanganan masalah lingkungan tidak dapat
diserahkan sepenuhnya pada pemerintah. Masyarakat harus saling bergandengan
tangan serta memiliki kesadaran tinggi untuk menciptakan lingkungan yang sehat.
Sehingga bumi tetap menjadi tempat tinggal yang nyaman dan aman.

Mari lakukan gerakan serta wujudkan pemberdayaan lingkungan dengan #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku demi menyelamatkan bumi dari
kerusakan lingkungan yang lebih buruk.

Cara memulainya sangat mudah, saya dapat
melakukannya dari ruang lingkup terkecil dulu. Kurangi jumlah sampah yang saya
hasilkan dari aktivitas sehari-hari, lalu mengelolanya dengan baik untuk
mengurangi timbulnya pencemaran.
“Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di
kolom komentar ya!”

Sumber data :  https://www.walhi.or.id/kondisi-lingkungan-hidup-di-indonesia-di-tengah-isu-pemanasan-global

Contact person :
geger.siska83@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *