1 min read

Dari Tangan Kekarmu

Tangan kepalmubtanda keteguhan hatimu. Aroma peluh menyengat erat sampai sekarat. Banyaknya kerutan menggores hingga nanar menggelepar. Walau penuh kesusahan pantang menengadah tangan. Walau payah kau ‘tak kan menyerah, merangkap darma buya. Harimu selalu panjang…

Kau suguhkan kesempurnaan dari setiap detik ketidak sempurnaanmu. Mendabikkan dada diantara sekawanan lama, telah memikili aku. Argh…aku rasa ‘tak berguna. Aku hanya bisa menatap tanpa berbuat. ‘Tak inhin kubuat nida kalbumu. Sunggingan senyummu gambaran asilum kecilku.

Kau telan sendiri semua ihwal hidup yang kejam menghantam tanpa kenal sangkala. Tegarnya hati mengalahkan setiap jengkal nestapa. Tanpamu, apalah daya. Aku papa. Kaulah penguat rasa. ‘Tak sedikit pun kau tunjukkan duka. Tekadmu meluluh lantakkan segala aral yang menghadang.

Hanya satu yang menjadi rindumu. Melihatkau di atas titik atas batas mampuku. Tanamkan kasih, kuatkan hati menerjang aral menghadang lantang. Kini aku rindu pelukmu, andaikan waktu kan terulang akan kutarik ucap lantip menggores sanubari. Menggelayut mesra di pangkuanmu.

Kubasuh tangan kekarmu, sebagai tanda sayangku. Kutatap lekat setiap kerutan. Kaki terseok setiap jengkal langkahmu. Mata berbinar penuh asa. Kini lihatlah aku, seperti yang kau mau. Tegak menatap, memberikan uluran berpengharapan. Ampuni aku jika berlaku cua. Tanpamu aku bukan apa-apa.

Solo, 27 Februari 2017

Contact person :
geger.siska83@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *